Less human
Hai siapapun kalian,
entah ada yang baca atau cuma Liya yang baca ku mau menyapa siapapun dimanapun hehe..
Sebagai pengingat, gue mulai post blog lagi berharap bisa berbagi waktu-waktu yang indah di sini. "Waktu yang indah" menurut definisi gue, bukan cuma saat gue lagi punya rasa bahagia yang gegap gempita, tapi juga saat gue "sadar" ada value yang bisa gue ambil dari rentetan takdir yang Allah berikan di hidup gue.
Artinya... mudah2an dari share ini gue masih bisa mengingatkan diri sendiri untuk bersyukur. Kira-kira begitu. Mudah-mudahan begitu.
Gue baru sadar satu hal hari ini & idk why i feel the urge to post it here. Walau mungkin ini jadi pengakuan yang buka aib sendiri.
Gue ngerasa semenjak jadi istri, gue BUTUH BANGET VALIDASI dari suami. Yang mana kalau hal itu ga tercapai malah bikin gue menderita sendirian.
Qodarullahnya suami gue bukan tipe suami menye2, romantis, yang baik hati bilang, "thanks ya...", "kamu pasti capek ya", "mau aku bantuin apa", "maasyaallah makasih ya udah mau ajarin anak2".
For the record suami gue bukan ungratefull. Dia sering bilang, "jazaakillahu khoyr" tanpa konteks yang spesifik karena apa. Ya as always sebagai wanita ada "tapi"nya dari sisi gue. Hehe
Hal itu membawa gue ke keadaan "mencari validasi" dari yang lain. Gue mencoba maksimal porsir diri gue buat kegiatan lain.
Gue maksimalin urusan Homeschool anak-anak, agar supaya dia feel grateful dg apa yang gue lakuin.
Gue banyak ikut latihan ini itu, daftar HSI ya TSL, selain gue butuh ilmu, turns out gue butuh di validasi suami atas pencapaian ini. Tshhhich
gue posting kegiatan di medsos, agar supaya dia lihat.
gue ikut grup ibu-ibu disana sini, yang mana di lubuk hati gue yang terdalam gue tau gue ga mesti begini.
Pada akhirnya.. ya itu menderita.
Saat nilai akhir TSL atau HSI gue jelek, gue makin kesel. Biidzinillahnya perasaan ini muncul, "kenapa si gue kesel"
Anak sulung gue sampe bilang, "gapapa ma.. qodarullah. Mama kan udah usaha setiap hari"
Dang..
Berasa di puk puk sama anak sendiri.
Dan.. yah.. berakhir menyesal.
Menyesal menyimpan harapan sama manusia.
Deep down. Gue sadar betul suami gue juga ga salah. Hehe.. dia ga pernah ngeluh atau nuntut sesuatu yang ga menyelisihi syariat.
But i feel less human aja.
Apa gue terpapar medsos berlebihan kali ya? Kena syubhat hubungan yang normal jaman sekarang tuh kek mana.
Setiap gue melewati beranda medsos yang isi nya, "suami harus dengerin istri", "manfaat pillow talk", atau "istri selalu benar suami selalu salah"... gue ngerasa ko penggambaran rumah tangga jaman sekarang yang lalu lalang di medsos itu ga ideal. Hahaha.. protes aja.. gue sampe bertanya - tanya,
"emang beneran harus kaya gitu berumah tangga?"
Kayanya engga deh.
Dan kalaupun ada nasehat2 rumah tangga. Menurut gue.. yang harus baca bukan istri. Di mindset gue ya istri ngekor aja ke suami. Selama suaminya bener.
Yang inisiasi perubahan, gimana cara komunikasi, gimana ngasih arah jalannya tugas domestik rumah, ya suami juga harus in charge. Kan dia nahkodanya. Apa ya istilahnya, istri ya nurut. Sekali lagi selama suami bener.
Artinya.. kayanya syubhat2 di medsos alhamdulillahnya ga cocok buat gue 😁
Eh udah ya panjang bener. Apa tuh intinya postingan kali ini?
Gue kurang bersyukur. Itu aja.
Komentar
Posting Komentar