Kebiasaan orang lain yang mengganggu


Sudah hampir dua bulan di depan rumah kami ada pengerjaan bangunan rumah. Menurut pemiliknya, insyaallah rumah itu akan ditempati oleh anak, mantu dan 3 cucunya. Jadi kami akan punya tetangga baru yang usianya mirip-mirip denganku dan suami. 

Kami tinggal di jalan buntu yang hanya diisi oleh 6 rumah. Selain kami hanya ada 4 rumah lain yang diisi oleh pasangan suami-istri yang sudah paruh baya. Rata-rata anak mereka sudah usia kerja. Jadi jalan di depan rumah kami cenderung sepi setiap harinya.

Sebelumnya di depan rumah itu adalah tanah kosong yang diisi tanaman acak yang tetangga samping kami tanam dan urus. Isinya ada pohon nangka, pohon petai cina, pohon pepaya, cabai, sereh hingga daun pandan. Kadang kalau ada perlu masak kolak kami suka minta daun pandan ke ibu yang biasa menanam dan urus tanah itu. Maklum di sini tanaman biidzinillah mudah sekali tumbuh lebat. Jadi kalau tidak diurus akan muncul semak seketika dan kemungkinan besar banyak hewan-hewan liar yang akan menghuni.

Balik lagi ke pembangunan rumah di depan rumah kami.

Karena anak-anak kami sekolah di rumah, jadi sering kali mereka main bola di carport sambil melihat bagaimana para bapak bangunan itu bekerja. Mulanya tanah diuruk dan pohon-pohon dibabat habis. Kemudian pada hari yang sama, ada petugas PLN yang datang ke rumah kami dan para tetangga untuk mengecek listrik dan minta izin untuk memasang listrik di tetangga depan.  

Dari kegiatan di depan rumah tadi, banyak hikmahnya untuk anak-anak. Terutama, mereka bisa melihat secara langsung bagaimana orang bisa membuat bangunan. Hal yang paling membuat mereka excited adalah alat-alat yang digunakan para tukang. Ada alat pemotong kawat yang besar, ada truk besar datang dan membawa banyak sekali bata hebel, ada alat pengaduk semen.

Hingga tiba waktunya bangunan itu di cor.

Aku baru tau ternyata suara mesin pengaduk semen atau mesin molen itu bisingnya luar biasa ya. Kebetulan hari-hari mereka mengecor itu adalah hari saat anak-anak bertiga kelas online di waktu yang bersamaan.

Mulailah aku yang gusar. Tadinya mau bilang ke mandor bahwa ada anak sekolah di rumah ini jadi tolong jangan ribut. Tapi kemudian kuurungkan karena toh mereka sudah izin sebelumnya mau bangun rumah dan kami sudah mengiyakan. Lagi pula suara itu toh ga mungkin tiap hari ada dan ternyata saat kulihat anak-anak kelas online, mereka tetap semangat dan ga ada yang gerutu karena bising. Maasyaallah allohumma baarik. Jadi intinya bising karena mesin masih lebih bisa kami tolelir dibanding hal lainnya.

Dari beberapa waktu belakangan ini ada hikmah lain yang bisa kupetik. Yaitu bagaimana anak-anak merespons ketika melihat kebiasaan bapak-bapak tukang bangunan.

Sebelum bangunan naik dan dicor, keadaan depan rumah itu super panas saat siang hari. Jadi ketika jam istirahat biasanya para tukang akan beristirahat di bawah pohon mangga depan rumah kami. Tak jarang mereka juga duduk-duduk di tangga masuk gerbang.

Aku yang lebih sering di dalam rumah tidak banyak tau apa yang terjadi di luar. Hingga suatu saat anak pertamaku kisruh selepas pulang dari masjid usai sholat dzuhur. Dia bilang, 

"mama tau ga di pohon mangga kita, diselipin sampah bekas botol air minum sama tukang"

lain waktu, "di jalan depan rumah ada sampah rokok, ma"

awalnya aku si pasrah ini hanya bilang, "yaudah nanti selesai mereka kerja kita lihat masih ada apa ngga", dan biasanya kalau sore sudah lebih rapi dan sampah-sampah yang tadi anak-anak bilang sudah tidak ada. 

Hudzaifah itu kalau ada yang dia ga sreg bisa langsung ngomong dan mengutarakan pendapatnya, walau belum bisa tenang ya bicaranya masih menggebu-gebu. Pernah satu waktu ada bau asap rokok masuk ke rumah, dan si sulung langsung inisiasi, 

"mau aku aja yang bilang ke mereka ga ma?

dan beneran dia langsung keluar, ga langsung ngomong atau marah-marah tapi dia duduk di teras depan. Layaknya security dia duduk diam dan melihat bapak-bapak tukang bangunan itu dari balik pagar. Hingga akhirnya sepertinya si tukang jadi ga nyaman dan bilang, "numpang duduk sini ya mas" dan tanpa Hudzaifah ngomong lagi mereka berhenti merokok di situ.

Aku bukan orang yang speak up kalau ada apa-apa. Orang terdekatku sering melabeliku orang yang ngga enakan. Yang kuperhatikan dari sikap Hudzaifah. Mungkin itu yang dia ambil dari papanya. Bahwa kalau ada kebiasaan orang lain yang mengganggu langsung ke kita, kita boleh bilang dan sampaikan.

Komentar

Postingan Populer