Abinaya tersayang
Pada tanggal 20 Oktober 2022 seorang anak terlahir. Keponakan yang kusayang anak dari adikku, Fikri dan Hana. Dinamai oleh mereka Abinaya.
Abinaya terlahir prematur dan terdiagnosa cerebral palsy.
Sekitar awal bulan Oktober 2022 saat Hana sedang cek kehamilan aku dikabarkan Fikri.
Qodarullah ketuban pecah dan biidzinillah janin masih bisa terselamatkan, Hana dirawat, diobservasi intensif dan diberikan antibiotik juga penguat kandungan agar infeksinya dapat segera pulih. Setelah membaik, Hana diperbolehkan pulang.
Berselang beberapa hari, air ketuban kembali mengalir dan janin harus segera dilahirkan.
Saat itu juga Abinaya harus keluar dari perut ibunya. Kami sudah mengetahui tentang diagnosa spesialnya Abinaya sejak kandungan Hana memasuki 4 bulan. Berbagai cara sudah diusahakan Fikri dan Hana dari sisi medis.Namun apapun itu, Allah sebaik-baik pencipta dan takdir Allah tetap yang terbaik.
Abinaya terlahir dengan dua pilihan dari dokter untuk orang tuanya. Diperjuangkan atau diikhlaskan. Fikri itu yang paling dekat dengan anak kecil dibanding aku atau Azka (kami tiga bersaudara). Fikri bahagia bukan main saat tau dia akan memiliki anak sendiri. Maka bukan sesuatu yang aneh ketika dia memilih memperjuangkan Abinaya. Meskipun dengan biaya yang tidak main-main, perasaan yang tak menentu, juga raga yang lelah harus bulak balik ke rumah sakit, semua... kuyakin semua itu takdir Allah yang paaaaaaling baik untuk Hana dan Fikri.
Pihak rumah sakit saat itu kesulitan untuk melakukan tindakan karena keterbatasan alat. Fikri dan Hana berusaha merujuk ke Rumah Sakit di pusat Jakarta yang terkenal dengan kelengkapan alatnya. Tapi qodarullahu wa masya afaal NICU selalu penuh. Hingga Abinaya bertahan di NICU rumah sakit tempat dia lahir.
Seminggu lebih berlalu, Fikri dan Hana juga keluarga mulai gelisah. Sejauh penglihatan awam manysia sungguh tidak ada perkembangan berarti. Fikri dan Hana mulai memikirkan cara lain supaya Abinaya bisa dirujuk ke Rumah sakit pusat.
Biidzinillah, awal Januari 2023 Abinaya berhasil dibawa ke Rumah Sakit Pusat sambil di peluk oleh Imi nya (ibunda Hana, nenek Abinaya), saat itu aku tidak ikut. Aku mendengar cerita ini dari Fikri. Satu-satunya cara saat itu mengeluarkan Abinaya dari NICU untuk di bawa ke NICU bukan sebagai rujukan. Subhaanallah...berat pasti berat apa yang dirasa adikku.
Tepat lima hari di Rumah Sakit Pusat, setelah dilakukan observasi, akhirnya diputuskan bahwa Abinaya harus segera mendapatkan tindakan. Kuingat saat itu hari Sabtu, Fikri ditelfon oleh dokter bahwa sore itu Abinaya harus dioperasi.
Malam itu kami semua kalut, ga lepas doa bahkan untuk bergegas istirahat saja rasanya ga bisa. Tiba tiba jam 10 malam Fikri menelfonku sambil terisak.
" Teh anak gue meninggal teeeeeh", masih kuingat dengan jelas suara Fikri saat itu.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.[al-Baqarah/2:155-157]
Referensi : https://almanhaj.or.id/22756-sabar-saat-tertimpa-bencana-meluruskan-aqidah-2.html
Akhirnya Abinaya Fadheyka wafat pada 6 Januari 2023 pukul 10.00 malam.
Semoga ananda bisa menjadi tabungan di akhirat untuk Fikri dan Hana.
Komentar
Posting Komentar